Sejak 2003 hingga Januari 2021 telah ditemukan sebanyak 873 kasus HIV-AIDS di wilayah Tapanuli Utara. Mereka yang terinfeksi datang dari berbagai daerah dan berbagai profesi, umumnya datang dari daerah perkotaan, yang banyak dipilih orang-orang untuk mencari sesuap nasi atau bersekolah. HIV dan AIDS tidak melulu mengenai kesehatan, tetapi HIV-AIDS terjadi akibat minimnya informasi mengenai perilaku hidup yang sehat dan aman, minimnya informasi mengenai HIV-AIDS itu sendiri. Gereja tidak memililiki ruang yang aman dan nyaman untuk memperbincangankan persoalan-persoalan HIV, seksualitas, napza dan penyalahgunaannya.
Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab minimnya kepedulian jemaat dan masyarakat terhadap pelayanan HIV-AIDS, tingginya stigma dan diskriminasi kepada Orang dengan HIV-AIDS dan keluarganya, juga stigma kepada kelompok-kelompok berisiko tinggi terinfeksi HIV. Sehingga upaya penurunan angka infeksi HIV baru, penurunan angka kematian karena AIDS, menjadi sangat sulit dilakukan. Padahal, HIV dapat menginfeksi siapa saja, tanpa pandang usia, status, pekerjaan, agama, perilaku. Mengapa? karena banyak juga mereka yang terinfeksi adalah orang-orang yang tidak melakukan perilaku berisiko seperti anak-anak dan ibu rumah tangga.
Maka, upaya pengendalian dan pencegahan HIV-AIDS ini harus dikerjakan bersama-sama, semua pihak harus terlibat. Gereja, pemerintah, pemimpin gereja, pemimpin agama, pemimpin adat, masyarakat sipil, pemuda HKBP juga remaja, harus memberikan kontribusi untuk percepatan ending AIDS 2030 dalam rangka mencapai 3 zero. Zero infeksi baru HIV, zero kematian karena AIDS, zero stigma dan diskriminasi. Untuk peran Pemuda HKBP sangat diperlukan untuk menjadi informator, mewujudkan misi HKBP AIDS Ministry, HKBP tanpa AIDS dan terlibat serta memberi kontribusi dalam upaya ending AIDS 2030.
Gereja memiliki peranan yang amat penting dalam upaya pengendalian dan penanggulangan HIV-AIDS. Gereja, harus menjadi sumber informasi HIV-AIDS yang benar, menjadi ruang yang aman dan nyaman untuk berbincang mengenai HIV-AIDS, seksualitas, napza dan penyalahgunaanya, serta menjadi ruang yang nyaman bagi orang dengan HIV-AIDS (ODHA), terkhusus bagi anak dengan HIV (ADHA). HKBP AIDS Ministry menindaklanjuti program pemberdayaan yang telah ditetapkan HKBP untuk membentuk dan mengaktifkan kembali HKBP AIDS Ministry (HAM) di seluruh distrik-distrik di HKBP.
Melalui Rapat Kepala Biro para tanggal 7 Januari 2021 dan Rapat Pembekalan Praeses di Pearaja Tarutung tanggal 11-16 Januari 2021, dan telah diputuskan di Rapat Majelis Pekerja Sinode (MPS) secara virtual tanggal 20-21 Januari 2021, beberapa program di tahun pemberdayaan, salah satu dari program tersebut ialah melengkapi perangkat pelayanan Distrik di bidang HIV-AIDS. HKBP menjadikan pengendalian dan pencegahan HIV-AIDS menjadi salah satu fokus pelayanannya. Kepala Departemen Diakonia HKBP, Pdt. Debora Purada Sinaga, M.Th mengirimkan surat himbauan kepada seluruh distrik– distrik di HKBP untuk segera mengaktifkan dan membentuk HKBP AIDS Ministry di seluruh distrik, agar upaya pengendalian dan pencegahan HIV-AIDS merata di seluruh jemaat HKBP.