HAM menyelenggarakan sosialisasi HIV-AIDS, Narkotika, Alkohol , Psikotropika dan Zat adiktif lain (NAPZA) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada masyarakat dan warga gereja untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap upaya pencegahan penularan HIV-AIDS, menurunkan jumlah kasus baru, menurunkan angka kematian, menghilangkan stigma dan diskriminasi.
Sosialisasi dilaksankan di sekolah-sekolah, rumah tahanan, gereja, puskesmas, lokasi-lokasi potensial transaksi seks untuk menyampaikan informasi sehingga masyarakat dengan sadar datang untuk memeriksakan dirinya. Dengan demikian, semakin banyak ODHA yang sadar akan statusnya dan semakin disiplin mengkonsumsi Antiretroviral (ARV).
Upaya pencegahan penularan HIV-AIDS, penurunan angka diskriminasi dan stigma adalah dengan menyebarkan informasi untuk membangun pemahaman yang benar mengenai informasi HIV- AIDS. Agar informasi ini diterima secara merata, tentu perlu kerjasama dari banyak pihak, untuk itu HAM membentuk pendidik sebaya di beberapa tempat agar pendidik sebaya yang telah dibentuk dapat menyebarkan informasi ke kelompok sebayanya.
Membentuk dan melatih pendidik sebaya menjadi pendidik di kelompok sebaya mereka akan memudahkan penyebaran informasi hal ini disebabkan bahasa yang digunakan akan lebih mudah dipahami (karena mereka berasal dari kelompok yang sama), peserta akan lebih terbuka dan lebih memahami kebutuhan kelompoknya.
Pendidik sebaya dibentuk dan dilatih selama dua (2) hingga tiga (3) bulan dengan 20 kali pertemuan. Pendidik sebaya dilatih untuk memiliki keterampilan berbicara di depan umum, menjangkau dan mengadvokasi. Selain itu, mereka juga dibekali dengan ilmu pengetahuan seputar kesehatan reproduksi, HIV-AIDS, IMS, pendidik sebaya, VCT, stigma, diskriminasi, bahaya narkoba, komunikasi, perubahan perilaku, dll.
Adapun beberapa pendidik sebaya yang telah dibentuk oleh HAM antara lain:
Radio masih menjadi salah satu media komunikasi yang diminati masyarakat. Menyebarkan informasi juga dilaksanakan melalui talk show di radio, hingga saat ini karena radio cukup didengarkan dan diperhatikan tanpa mengganggu kegiatan lain seperti saat mengendarai mobil, terjebak macet, maupun saat mengerjakan pekerjaan di kantor. Mungkin berbagai kelebihan ini yang membuat orang masih setia menjadi pendengar radio hingga saat ini. Oleh sebab itu, HAM melakukan kegiatan talkshow di radio agar masyarakat semakin terbiasa mendengar informasi mengenai HIV, memahami, sadar, kemudian memeriksakan dirinya.
HAM memberikan pelayanan konseling pra test (sebelum tes HIV) dan konseling pasca test (setelah tes HIV) serta konseling kepada keluarga ODHA. Konseling atau VCT dilakukan berdasarkan panduan yang diluncurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Konseling HIV sangat dibutukan untuk menolong dampingan (pasien) agar memilki pemahaman yang benar mengenai HIV-AIDS. Jika dampingan telah memahami informasi HIV dengan baik, selanjutnya pasien akan tahu apakah perilakunya berisiko terinfeksi HIV atau lalu diajukan penawaran apakah ingin test HIV atau tidak. Pada prinsipnya VCT bersifat rahasia dan dilakukan secara sukarela. Artinya hanya dilakukan atas inisiatif dan persetujuan seseorang yang datang pada penyedia layanan VCT untuk diperiksa, hasil pemeriksaan pun terjaga kerahasiaannya.
Berikutnya, konselor mendukung dan membangun mental dampingan agar memiliki semangat hidup, serta membantu perawatan medis yang umum dilakukan. Selain itu, konselor juga akan memberi saran agar klien mendorong pasangan seksual untuk turut diperiksa. VCT perlu dilakukan sebagai langkah awal untuk segera mendapat informasi mengenai HIV, juga agar penderita HIV bisa dilakukan deteksi sedini mungkin dan mendapat pertolongan kesehatan yang dibutuhkan.
HAM memantau perkembangan dampingan melalui formulir kepatuhan mengkonsumsi ARV. Ketika ditemukan dampingan tidak disiplin mengkonsumsi ARV, maka HAM akan menghubungi damping ataupun keluarga. Selanjutnya HAM akan mengujungi ODHA ke rumah mereka. Kunjungan kepada ODHA dilaksanakan dengan tujuan melihat kondisi kesehatan serta kehidupan ODHA di tengah keluarga dan masyarakat. Beberapa tujuan kunjungan dan pendampingan terhadap ODHA ialah sebagai berikut.
Menyandang status sebagai ODHA tentu tidak mudah bagi seorang yang baru saja mengetahui statusnya baik juga bagi ODHA yang telah lama menngetahui statusnya. Tidak jarang keluarga, teman dekat, masyarakat menjahui dan memberi stigma dan diskriminasi kepada mereka. Oleh sebab itu, kelompok dukungan sebaya sangat penting untuk mendukung ODHA dalam menjalani kehidupan mereka dan meningkatkan kepercayaan dirinya dan kualitas hidupnya. HAM membentuk juga membina dua kelompok dukungan sebaya, dan segera akan membentuk kelompok dukungan sebaya lainnya. Dua kelompok dukungan sebaya itu ialah SI BORU NA ULI dan SANTOSA.
Melihat bahwa semakin banyaknya perempuan dan ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV dan meninggal karena AIDS, maka perlu penanggulangan HIV dan AIDS di kelompok perempuan dan ibu rumah tangga. Oleh sebab itu, dibentuklah sebuah perkumpulan yang dinamakan Ikatan Positif Tapanuli “Siboru Na Uli” atau disingkat dengan IPPT. Perkumpulan ini bertanggungjawab terhadap perempuan positif HIV maupun yang berdampak oleh virus HIV dan penyakit AIDS. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 01 Februari 2016. Perkumpulan IPPT berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945. Ikatan ini dibentuk dengan maksud turut berperan serta dalam upaya-upaya pencegahan HIV dan AIDS khususnya terhadap perempuan dan ibu rumah tangga, pemberdayaan perempuan positif HIV dan AIDS serta mendorong kelompok-kelompok perempuan di lingkungan masyarakat untuk turut serta terlibat dalam memerangi dampak HIV dan AIDS.
Adapun tujuan ikatan ini adalah untuk mengurangi penularan HIV dan AIDS di kelompok perempuan dan ibu rumah tangga serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam melaksanakan tanggungjawab dan membela hak sebagai positif, meningkatkan kreatifitas dan ekonomi serta menjalin kerjasama antar kelompok perempuan di lingkungan masyarakat. Agar tujuan-tujuan tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka ikatan ini melakukan kegiatan-kegiatan, sebagai berikut:
Ikatan Perempuan Positif Tapanuli Siboru Na Uli bersifat dinamis, fleksibel, sosial kemasyarakatan dan tidak mengejar keuntungan. Selain itu, perkumpulan ini lebih menekankan kepentingan anggota dan masyarakat Tapanuli yang bersifat terbuka, independen serta menghindari sikap-sikap anarkis atau mengintimidasi Hak-hak Azasi Manusia. Pengurus ikatan ini berasal dari komponen-komponen, yaitu:
Pengurus ikatan ini dipilih dan ditetapkan dalam sidang rapat pleno Siboru Na Uli. Adapun susunannya adalah ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Masa bakti perkumpulan ini adalah selama tiga (3) tahun. Adapun tugas-tugas dari pengurus ikatan ini adalah:
Sanggar Toba Support (SANTOSA) adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berkedudukan di jalan TB. Silalahi, Kelurahan Sangkarnihuta, Kecamatan Balige, Kab. Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Lembaga ini berazaskan Pancasila dan UUD 1945. Adapun tujuan lembaga ini adalah:
Agar tujuan-tujuan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan benar, maka lembaga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
ODHA dan keluarga sering sekali mendapatkan kesulitan untuk memperoleh haknya sebagai warga negara Indonesia. Disamping itu ODHA dan keluarga sering mendapatkan diskriminasi oleh masyarakat, hal ini berdampak sulitnya mendapatkan kemudahan untuk memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan, mencari pekerjaan, mereka sering sekali menjadi orang asing di tempatnya sendiri.
Program advokasi yang dijalankan oleh HAM diharapkan dapat membantu ODHA memperoleh hak-hak mereka sebagai manusia dan warga negara, tidak ada satupun yang berhak mempersulit ODHA untuk memperoleh hak mereka. Bentuk- bentuk advokasi yang dilakukan adalah, mengedukasi ODHA dan keluarga tentang hak-hak mereka, audiensi kepada pemerintah setempat, edukasi kepada masyarakat untuk memperkecil stigma dan diskriminasi. Pendekatan dan advokasi kepada gereja, stakeholder, sekolah-sekolah, rumah sakit, tempat ODHA bekerja dan lain sebagainya.
Dalam rangka memaksimalkan upaya pencegahan penularan HIV- AIDS, HAM melakukan upaya-upaya guna meningkatkan kemampuan staff HAM untuk melaksanakan tugas pelayanannya serta peningkatan kapasitas dari dampingan, ODHA, ADHA dan mitra-mitra. Tidak berhenti disana, HAM juga menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi pendidik sebaya dan kelompok dukungan sebaya ODHA untuk melengkapi mereka dengan pengetahuan seputar upaya penanggulangan HIV-AIDS, serta melatih keterampilan mereka untuk menjangkau, mengadvokasi, sosialisasi dan lain sebagainya.