Gunung Sitoli, 10 Desember 2024 – Peringatan Hari Hak Asasi Manusia dan Hari AIDS Sedunia di Gunung Sitoli diwarnai dengan pawai semangat yang diadakan oleh HKBP AIDS Ministry, UEM, Komisi GBKP, dan seluruh jemaat, pemuda, serta pelayan gereja BNKP. Pawai ini dimulai pada pukul 10 pagi, dengan pelepasan rombongan secara resmi oleh Ephorus BNKP, Pdt. Otoriteit Dachi, S.Th, M.Si, yang bertempat di kantor pusat BNKP.
Dalam sambutannya, Ephorus BNKP mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan yang diberikan kepada BNKP untuk menjadi tuan rumah dalam peringatan hari yang sangat penting ini. "Kegiatan ini menunjukkan BNKP bersatu melayani dan memperjuangkan hak-hak anak, serta memberi perhatian besar terhadap penderita HIV dan AIDS," kata Ephorus. Ia juga menekankan bahwa BNKP hadir sebagai suara kepedulian terhadap isu HIV dan AIDS, tidak hanya di Nias, tetapi juga di Indonesia bahkan dunia.
Pelepasan barisan kampanye oleh Ephorus BNKPPeserta Kampanye Ibu Irma dari UEMKetua Tim Pelaksana, Arifin Telaumbanua, SH, menjelaskan bahwa rute pawai dimulai dari halaman Kantor Sinode BNKP, menuju Simpang Pos dan Giro, melintasi Jalan Sirao, melewati pohon natal, simpang Gedung A'Luck, dan kembali lagi ke kantor Sinode. Pawai ini diikuti oleh pimpinan sinode BNKP, delegasi UEM, pemuda gereja, organisasi, pelajar, dan warga masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk marching band dari SMA BNKP Gunungsitoli.
Peserta pawai membawa berbagai poster dengan pesan-pesan inspiratif seperti "Hidup Sehat Bebas HIV," "Jangan Biarkan Stigma Menghancurkan Harapan," dan "Bebas dari Stigma dan Diskriminasi terhadap HIV." Kegiatan ini juga turut mendukung kampanye "Ending AIDS 2030" dengan melibatkan beragam pihak, mulai dari pemimpin gereja, siswa dan siswi SMP dan SMA, hingga mahasiswa dan pelajar perguruan tinggi.
Sebagai bagian dari pawai, Diak. Adha Pratiwi Sianturi, bersama calon pendeta Haris Anugerah dan Yubelium lainnya, menyampaikan orasi peringatan Hari AIDS Sedunia 2024. Orasi yang disampaikan mengusung tema "Ambil Jalan Hak Asasi untuk Mengakhiri AIDS," dengan seruan untuk mengakhiri stigma, diskriminasi, dan AIDS melalui langkah-langkah konkret yang menghormati hak asasi manusia.
Barisan kampanye publikPara Orator menekankan bahwa perjuangan melawan AIDS adalah perjuangan kolektif yang membutuhkan solidaritas. Dalam orasinya, ia menyerukan kepada pemimpin gereja di seluruh Indonesia untuk menjadikan gereja sebagai tempat aman untuk edukasi HIV dan AIDS, mengajarkan pendidikan seksual yang bertanggung jawab, serta mendorong pasangan calon pengantin untuk melakukan tes HIV sebelum menikah. Selain itu, ia juga mengajak pemerintah untuk memastikan akses terhadap layanan kesehatan yang ramah perempuan dan menyediakan obat ARV secara merata di seluruh Indonesia.
Diak. Adha juga menyerukan agar semua anak, mahasiswa, dan pelajar yang hidup dengan HIV mendapatkan hak mereka untuk belajar dengan aman tanpa stigma atau diskriminasi. “Tidak boleh ada lagi penolakan terhadap mereka di ruang-ruang belajar, karena mereka berhak mendapatkan pendidikan dan perlindungan yang setara dengan yang lain,” tegasnya.
OrasiPawai ini merupakan bagian dari kampanye publik yang lebih besar, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai hak asasi manusia dan pencegahan AIDS. Melalui keterlibatan berbagai kalangan, diharapkan dapat tercipta dunia yang lebih adil, bebas dari stigma, diskriminasi, dan AIDS, serta melangkah menuju masa depan yang lebih sehat dan berkeadilan bagi setiap individu.
Dengan seruan penuh semangat dan komitmen, acara ini menjadi bukti bahwa bersama-sama, kita bisa menciptakan dunia yang lebih baik, bebas dari diskriminasi dan AIDS. "Bersama, kita bisa mengakhiri AIDS, bersama kita bisa menciptakan dunia tanpa stigma dan diskriminasi," tutup Diak. Adha dalam orasinya.