Pada November hingga Desember 2024, berlangsung pelatihan pendidik sebaya BNKP yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas calon pendeta dalam memberikan edukasi terkait HIV dan AIDS. Pelatihan ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom dan ditutup dengan sesi tatap muka pada 7 Desember 2024 di lokasi yang telah ditentukan.
Pelatihan daring yang dilaksanakan pada 27-29 November 2024, mencakup topik Hak Asasi Manusia dan kaitannya dengan HIV, serta diskusi tentang situasi HIV di Indonesia dan Sumatera. Irma Riana Simanjuntak dari United Evangelical Mission (UEM) membuka sesi ini dengan paparan mengenai hak asasi manusia. Diak. Adha Pratiwi Sianturi dari HKBP AIDS Ministry menyampaikan informasi terkini tentang situasi HIV dan AIDS, menggarisbawahi tantangan yang masih dihadapi di tingkat lokal maupun nasional.
Topik kesehatan seksual, kerentanan terhadap HIV, serta metode pencegahan seperti SAVE (Safer practices, Access to treatment, Voluntary HIV testing, and Empowerment) juga menjadi bahasan utama. Para peserta, yang merupakan calon pendeta, sangat antusias dalam menyerap informasi dan berdiskusi. Salah satu momen yang berkesan adalah testimoni dari seorang ODHIV yang berbagi pengalaman hidup, memberikan perspektif nyata kepada peserta.
Pelatihan daring yang dilaksanakan pada 27-29 November 2024, mencakup topik Hak Asasi Manusia dan kaitannya dengan HIV, serta diskusi tentang situasi HIV di Indonesia dan Sumatera. Irma Riana Simanjuntak dari United Evangelical Mission (UEM)Diak. Adha Pratiwi Sianturi dari HKBP AIDS Ministry menyampaikan informasi terkini tentang situasi HIV dan AIDS,Pada sesi tatap muka, pelatihan dimulai dengan doa pembuka oleh salah satu pendeta BNKP, diikuti dengan perkenalan UEM oleh Irma Riana Simanjuntak, dan juga sambutan dari ketua kegiatan Peringatan Hak Asasi Manusia, Bapak Arifin Telambanua Selain itu, Komisi AIDS GBKP yang diwakili oleh Darma Barus dan Towuty turut hadir memberikan dukungan.
Para peserta, fasilitator, dan narasumber memperkenalkan diri, menciptakan suasana hangat dan inklusif. Diak. Adha Pratiwi Sianturi memulai sesi dengan kuis interaktif yang membahas mitos dan fakta seputar HIV dan AIDS. Kuis ini berhasil memantik diskusi menarik di antara peserta, meluruskan informasi keliru, dan meningkatkan pemahaman terkait penularan dan pencegahan HIV.
Bapak Arifin TelambanuaSambutan dari UEMPemaparan dari Diak. Adha Pratiwi SianturiSitto Sihite, seorang ODHIV, membagikan pengalaman hidupnya yang semula dipenuhi stigma dan diskriminasi dari keluarga maupun masyarakat. Namun, setelah mendapatkan pendampingan, Sitto berhasil bangkit dan berdaya. Gereja HKBP pun memberikan dukungan penuh dengan merekrutnya sebagai pegawai tetap yang bertugas mendampingi sesama ODHIV. Pengalaman Sitto menjadi inspirasi bagi peserta untuk memperjuangkan inklusivitas dan mendukung mereka yang hidup dengan HIV.
Sesi tatap muka ditutup dengan perencanaan tindak lanjut, di mana peserta diminta menyusun strategi edukasi HIV dan AIDS yang dapat diaplikasikan di komunitas maupun jemaat masing-masing. Peserta juga menegaskan komitmen mereka untuk melawan stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV serta memperjuangkan lingkungan yang lebih inklusif dan penuh dukungan.
Pelatihan ini menunjukkan bahwa gereja dan komunitas memiliki peran besar dalam memutus rantai stigma dan meningkatkan kesadaran tentang HIV dan AIDS di masyarakat.