Chiang Mai, Thailand: HKBP AIDS Ministry (HAM) mengikuti konsultasi regional yang berfokus pada ‘Menuju Peningkatan Langkah-langkah Perlindungan Sosial bagi Anak-Anak dan Remaja dengan HIV di Asia,’ yang diselenggarakan oleh Christian Conference of Asia (CCA), berlangsung selama tiga hari (29 November sampai 01 Desember 2024). Konsultasi ini diadakan di kantor pusat CCA di Universitas Payap Chiang Mai, Thailand. Konsultasi ini, diselenggarakan sebagai bagian dari inisiatif CCA Action Together in Combatting HIV and AIDS in Asia (ATCHAA), mempertemukan 46 peserta dari seluruh Asia, diantaranya profesional medis, aktivis sosial, pekerja kesehatan masyarakat, anggota jaringan ODHIV, dan organisasi berbasis agama. Adapun utusan HKBP melalui HKBP AIDS Ministry adalah Diak. Berlina Sibagariang (Sekretaris Eksekutif HAM) dan Diak. Nadia Manurung (Koordinator House of Love).
Kegiatan diawali dengan ibadah pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan oleh Sekretaris Jenderal CCA Dr Mathews George Chunakara. Beliau mengajak peserta untuk bekerja sama, melakukan refleksi bersama, dan mencari cara untuk memperkuat tujuan dan komitmen bersama sebagai bagian dari iman dan kesaksian Kristiani kita untuk memperjuangakan hak-hak anak dan remaja dengan HIV, khususnya di Asia. Dilanjutkan dengan Children and teens at the center of HIV response in Asia, yang disampikan oleh dr. Ronald Lalthanmawia (Koordinator Program ATCHAA). Beliau mengatakan, "Di Asia, anak-anak yang terdampak HIV merupakan kelompok yang terabaikan karena respons Gereja Asia terhadap mereka masih minim. Dilanjutkan dengan sesi “Biblical and Theological Reflection: upholding right and dignity of children and tents”, disampaikan oleh Rev. Jung Eun Grace Moon.
Selanjutnya sesi dengan tema “Challenges and best practice in HIV treatment access and adherence for children and teens”, disampaikan oleh Diak. Berlina Sibagariang, Candice Ann Cindy, Carina Teola Sajonia, dan Elizabeth Thomas. Diak. Berlina menyampaikan gambaran pelayanan HAM, khususnya kepada anak-anak dan remaja dengan HIV yang berbasi shelter dan keluarga. Disampaikan juga beberapa tantangan yang dihadapi oleh HAM saat ini dalam pendampingan anak dan remaja dengan HIV. Diantaranya adalah ARV anak belum tersedia hingga ke daerah, sehingga ADHIV mengonsumsi ARV dewasa yang dipuyer; Anak mengalami kebosanan, harus minum obat setiap hari; Anak bingung dan tidak terima harus minum obat setiap hari dengan tepat waktu, menjadikan mereka berbeda dengan anak lainnya; Stigma dan diskriminasi masih tinggi; Kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat; Layanan kesehatan ARV, belum ramah anak dan remaja HIV; Stok ARV sering kosong di provinsi dan daerah; Rata-rata anak dan remaja HIV yang kami dampingi berada pada ekonomi menengah ke bawah, sehingga susu dan nutrisi lainnya masih didukung oleh HKBP AIDS ministry setiap bulan.
Hari kedua dengan 5 topik pembahasan. Biblical reflection: overcoming stigma for children living with HIV, disampaikan oleh Rev. Kannanmaa Joseph Philip. Preventing HIV among teens and securing the future, disampaikan oleh Rebecca Ang Li Yuan dan Piangta Chumnoi. Imerative to enchance social protection and rights for children and teens affected by HIV in Asia. Gender justice and Asian Realities: responding to vulnerable situation, disampaikan oleh Michael Jesus, Yuyum Fhahni Paryani, Rajni Herman. Rebecca Ang dari Malaysian Care dan Piangta Chumnoi dari Baanjingjai Foundation, Thailand, berbagi wawasan dari pekerjaan mereka di lapangan di negara masing-masing tentang ‘Mencegah HIV di Kalangan Remaja dan Menjamin Masa Depan Mereka’. Dr Glory Alexander, Direktur ASHA Foundation di Bengaluru, India, berbagi pengalaman bekerja dengan perempuan dan anak-anak yang terdampak HIV di India, khususnya di bidang yang terkait dengan perawatan holistik, pengujian, pengobatan, dukungan psikososial, nutrisi, dan pencegahan penularan dari ibu ke anak.
Candice Ann Cindy Abraham Sering, dari Salinlahi Alliance for Children’s Concerns di Filipina memberikan pandangan lintas sektor tentang tantangan yang dihadapi, khususnya oleh anak-anak yang rentan. Diusulkan untuk diadakan seminar remaja, forum seks aman, dan lokakarya untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV dan memerangi diskriminasi. Rosiana Indah Purnomo dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menekankan pentingnya program ramah anak di dalam gereja untuk mendukung anak-anak yang hidup dengan HIV dan menyerukan kebijakan HIV yang inklusif yang menjamin hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan, perawatan kesehatan, dan perlindungan dari stigma. Beliau mengajak supaya gereja-gereja mengambil peran proaktif dalam advokasi, mengintegrasikan perspektif Alkitab ke dalam khotbah, menciptakan ruang aman, dan mendukung kebijakan yang lebih berfokus pada anak. Gracia Violeta Ross Quiroga (Eksekutif Program untuk Inisiatif dan Advokasi AIDS Ekumenis Dewan Gereja Dunia/ WCC), mengatakan, “Di WCC, difokuskan pada penutupan kesenjangan antara kepemimpinan gereja dan anak-anak serta remaja di gereja, memastikan mendengarkan mereka daripada sekadar memberi instruksi”.
Dilanjutkan dengan group discussion Scaling up churches response to HIV in children and teens in Asia. Kelompok diskusi dibagi menjadi lima kelompok untuk membahas tentang: pendidikan seks dan pengurangan risiko di kalangan remaja; perlindungan sosial bagi anak dengan HIV, dan memperkuat respon gereja terhadap anak-anak dan remaja di tingkat local.
Hari ketiga dengan tema Biblical reflection: Breaking Barriers and building bridges to protect children and teens, disampaikan oleh John Paul. Dilanjutkan dengan group presentation dan action plan. Penutupan kegiatan dengan ibadah Peringatan Hari AIDS Sedunia. Tema Hari AIDS Sedunia 2024, “Take the right path”, menekankan pentingnya memprioritaskan hak asasi manusia dan memberdayakan masyarakat rentan untuk memimpin perjuangan melawan AIDS. Sekretaris Jenderal CCA, Dr. Mathews George Chunakara, menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan pendekatan berbasis hak asasi manusia untuk mencapai tujuan global dalam mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030. “Dengan mengambil jalan hak asasi, menegaskan bahwa melindungi martabat manusia adalah hal mendasar untuk mengakhiri AIDS”. Beliau juga menyatakan, mendesak gereja-gereja dan komunitas Kristen di seluruh Asia untuk memperkuat inisiatif, tanggapan, dan layanan bagi generasi mendatang. “Martabat dan hak asasi manusia setara untuk semua generasi, dan merupakan tanggung jawab kita untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan membina anak-anak dan remaja”.
Pada malam hari 01 Des 2024, dilaksanakan ibadah Advent bersama seluruh staf CCA, dosen, staf Universitas Payap dan peserta yang hadir pada kegiatan ini.