Sipoholon, 26 Juni 2024
Di gedung NCC Seminarium Sipoholon, HKBP AIDS Ministry memberikan edukasi kepada para guru sekolah Minggu dalam rangka mencegah anak-anak dari bahaya kekerasan seksual. Sesi ini disampaikan oleh Diak. Berlina Sibagariang, yang disampaikan dalam dua gelombang, karena peserta dibagi mejadi 2 kelompok. Beliau mengatakan bahwa fenomena kekerasan seksual terhadap anak ibarat gunung es, dimana hanya sebagian kecil kasus yang terungkap, sedangkan banyak kasus lainnya masih tersembunyi. Kekerasan seksual terhadap anak dapat menjadi pintu masuk penularan penyakit menular seksual, termasuk HIV. CNN Indonesia melaporkan bahwa seorang anak berusia 12 tahun menjadi korban perkosaan bertahun-tahun hingga akhirnya terinfeksi HIV.
Ada beberapa bentuk kekerasan seksual terhadap anak, antara lain Eksibisionisme, yaitu perilaku menyimpang di mana seseorang memperlihatkan organ intim kepada orang lain tanpa persetujuan, Mempertontonkan video porno kepada anak-anak, Perdagangan anak dan sodomi. Sehingga dampak kekerasan seksual terhadap anak meliputi gangguan tidur dan mimpi buruk, penurunan nafsu makan, nyeri di area kelamin, dan kehamilan di usia muda yang sangat rentan.
Pencegahan kekerasan seksual pada anak sangat penting dilakukan melalui edukasi seksual yang tepat. Jika anak bertanya tentang seksualitas, sebaiknya dijelaskan sesuai dengan usia mereka. Jangan takut atau menghindar, serta gunakan bahasa yang benar untuk menyebut anggota tubuh. Peranan guru sekolah Minggu juga sangat penting dalam pencegahan kekerasan seksual. Guru harus mendidik anak agar mengenal identitas diri mereka sendiri sejak dini, berdasarkan karakter Kristus yang penuh cinta kasih terhadap Allah dan sesama. Melindungi anak dari kekerasan seksual dilakukan dengan memberikan pendidikan seks sejak dini, serta membina anak agar mampu mengenali dan memahami masalah seksual, sehingga mereka dapat memutus rantai kekerasan sejak dini.
HKBP AIDS Ministry menyampaikan beberapa metode pengajaran kepada anak sejak usia 0-18 tahun. Toilet training dengan role play (0-3 tahun), mengenal area pribadi menggunakan boneka, dan bernyanyi (4-5 tahun), berani bercerita dengan role play dan video (6-8 tahun), bijak menggunakan media sosial (9-11 tahun), dan masa pubertas dengan metode presentasi dan diskusi (12-18 tahun). Di penutup sesi, narasumber mengatakan, “Guru Sekolah Minggu menjadi organ yang sangat penting dalam pencegahan kekerasan seksual kepada anak. Untuk itu sangat penting dalam perekrutan guru sekolah minggu harus diperlengkapi dengan berbagai ilmu termasuk salah satunya Pendidikan sek sejak dini kepada anak. Dengan demikian kita mengharapkan angka kekerasan seksual kepada anak anak menurun.”
Eka Sanny Simamora, mahasiswa STD HKBP