Sitiotio, Rabu, 20 Maret 2024 - Dalam sebuah langkah nyata menuju kesadaran kesehatan yang lebih tinggi, SMP N 2 Sitiotio menyelenggarakan kegiatan sosialisasi HIV AIDS yang menarik partisipasi massif dari siswa kelas 7 hingga 9. Dihadiri oleh sekitar 200 peserta, acara ini juga mendapatkan dukungan penuh dari seluruh guru dan kepala sekolah, yang turut serta dalam kegiatan edukasi penting ini hingga akhir.
Mega Hutauruk, seorang staff berdedikasi dari HKBP AIDS Ministry, memimpin kegiatan sebagai narasumber utama. Sosialisasi ini dijalankan sebagai bagian integral dari program HKBP AIDS Ministry yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Toba. Tujuan utama dari inisiatif ini adalah untuk mendorong upaya pencegahan dan pengendalian HIV AIDS di Kabupaten Samosir, dengan ambisi untuk menurunkan angka infeksi HIV baru, angka kematian karena AIDS, serta mengeliminasi stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV (ODHIV).
Kegiatan berlangsung di dalam ruangan kelas, menciptakan atmosfer yang
kondusif untuk pembelajaran dan diskusi. Antusiasme tinggi ditunjukkan
oleh siswa dan siswi yang aktif berpartisipasi, mengungkapkan
kekhawatiran mereka tentang penularan HIV tetapi juga keingintahuan
tentang bagaimana pencegahannya. Melalui sesi edukasi yang disampaikan
oleh tim HKBP AIDS Ministry, para peserta menjadi lebih terinformasi dan
mulai berlomba-lomba memberikan contoh aktivitas yang dapat mengurangi
risiko penularan HIV.
Sesi tanya jawab menjadi bagian yang sangat interaktif, di mana siswa
dan siswi tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang HIV AIDS tetapi
juga belajar mengenai pentingnya empati dan dukungan kepada ODHIV. Ini
menandakan perubahan signifikan dalam pemahaman mereka, dari awalnya
diliputi kekhawatiran menjadi sebuah komitmen untuk menjadi bagian dari
solusi dalam pencegahan HIV AIDS.
Dengan kegiatan ini, SMP N 2 Sitiotio berharap dapat meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan siswa tentang HIV AIDS serta memperkuat
komitmen mereka dalam upaya pencegahan. Kegiatan sosialisasi ini juga
menjadi momentum penting dalam usaha mengurangi stigma dan diskriminasi
terhadap ODHIV, menuju masyarakat yang lebih inklusif dan peduli.