Internasional AIDS Conference (IAC) yang ke 23 ini diselenggarkan secara virtual sejak tanggal 6 hingga 10 Juli, 5 rekan kami (tim HKBP AIDS Ministry) berkesempatan menjadi peserta untuk mengikuti rangkaian acara. Berikut adalah gambaran singkat konfrensi tersebut.
Konferensi AIDS Internasional 2020 diselenggarakan secara virtual, ini merupakan konferensi virtual pertama yang dihadiri banyak orang dari berbagai negara. Konfrensi ini memuat berbagai sesi, yang bertujuan untuk membagikan pengalaman, pembelajaran, serta contoh penerapan HIV Self-Testing (HIVST) agar dapat memperbesar jumlah cakupan tes HIV. Konferensi ini juga berbagi informasi mengenai bagaimana pandemic Covid-19 memengaruhi kehidupan ODHA dan populasi kunci untuk melakukan PrEP dan mengambil ARV.
Sesi ini juga menyajikan pertemuan online interaktif dengan berbagai organisasi internasional dan lokal, serta menyajikan informasi tentang penelitian dan temuan terbaru tentang upaya penyembuhan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA, kemajuan pengobatan, vaksin, layanan kepada anak dengan HIV-AIDS, penjangkauan dan bagaimana dampak Covid-19 terhadap kualitas hidup ODHA.
Self-testing, PrEP dan upaya pengurangan lainnya yang telah dikembangkan di negara-negara seperti Afrika dan Amerika yang jumlahnya lebih banyak dari kasus baru, sangat baik diterapkan di Indonesia. Namun hal itu belum terjadi di Indonesia, sehingga jumlah kasusnya terus meningkat. Stigma dan diskriminasi tidak hanya terjadi di tempat ini tetapi juga di berbagai belahan dunia. Hal yang paling menantang adalah bagaimana orang-orang muda didorong untuk membangun kesadaran orang lain untuk melakukan tes mandiri dan PrEP, serta memberikan informasi HIV-AIDS untuk meningkatkan stigma dan konversi.
Sesi ini juga memuat upaya-upaya penanggulangan HIV-AIDS dengan melakukan pendekatan berbasis gender, kepada perempuan pengguna narkoba suntik, kepada populasi kunci. Memberikan fasilitas kesehatan untuk melakukan self-testing, profilaksis dan terapi ARV. AIDS Virtual 2020 kali ini, juga menyajikan presentasi dari berbagai aktivis baik muda dan tua yang melakukan pendekatan, advokasi, pendampingan kepada pemuda, dan LGBT dalam rangka mengakhiri AIDS. Penerimaan dengan penuh kasih tanpa penghakiman diperlukan untuk melakukan pendekatan kepada populasi kunci oleh sebab mereka adalah kunci dalam penanggulangan AIDS. Kelompok LGBT, perempuan dan anak kerap terabaikan dan terpinggirkan oleh masyarakat dan pemerintah, padahal mereka adalah kelompok yang sangat rentan dan membutuhkan pelayanan kesehatan sesegera mungkin.
Konfrensi AIDS 2020 juga mengajak kita harus menghidupkan semangat kolektif dan bertindak secara strategis untuk menghasilkan terobosan untuk menyelamatkan jutaan nyawa. Menyelamarkan jutaan nyawa dimuai dengan menghilangkan penghakiman dari dalam diri kita terhadap orang-orang yang berbeda dengan kita, berbeda orientasi seks, pekerjaan, gender, dan lain-lain. Menerima dan bersahabat dengan populasi kunci akan memudahkan mereka mendapatkan akses layanan kesehatan., sehingga mereka tidak perlu malu, tertekan dan khawatir dihakimi dan dikucilkan. Pesan kepada seluruh ODHA, banggalah pada diri sendiri, meskipun ada virus yang hidup di tubuh anda, bukan berati anda tidak berhak untuk hidup.