Padang Sidempuan, 11 Desember 2023. Dalam rangka memperingati 75 tahun hari hak asasi manusia, HKBP AIDS Ministry bersama dengan United Evangelical Mission (UEM), Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA), dan seluruh gereja-gereja di bawah UEM menggelar berbagai kegiatan untuk menyuarakan hak asasi manusia bagi semua orang, khususnya orang-orang yang hidup dengan HIV AIDS dan masyarakat yang terdampak oleh tambang batu bara di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah kampanye publik yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal GKPA, dan dihadiri oleh pimpinan gereja-gereja lainnya. Kampanye publik ini juga bekerja sama dengan Yayasan Diakonia Pelangi Kasih (YDPK), sebuah lembaga sosial dan lingkungan yang menolak kegiatan tambang batu bara di Kabupaten Dairi.
Menurut penelitian YDPK, tambang batu bara yang dioperasikan oleh PT Dairi Prima Mineral (PT DPM) merusak lingkungan, melanggar hak asasi manusia, dan tidak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. PT DPM juga berpotensi menimbulkan keterancaman kerusakan ekologis, karena kehadirannya berada di daerah dengan zona merah rawan bencana. Proses pembangunan gudang bahan peledak milik PT DPM yang cukup dekat dengan permukiman warga di Kabupaten Dairi juga menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Dalam kampanye publik ini, HKBP AIDS Ministry, YDPK, GKPA, GKBP, HKI, GKPM, dan gereja lain lain bersatu untuk menyuarakan hak asasi manusia bagi semua orang, tanpa membedakan agama, suku, ras, gender, orientasi seksual, status kesehatan, atau latar belakang sosial. Mereka juga menuntut agar pemerintah dan perusahaan tambang bertanggung jawab atas dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan tambang batu bara, dan memberikan kompensasi dan restorasi bagi masyarakat yang terdampak.
Kampanye publik ini mendapat apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari pihak kepolisian yang mengawal jalannya kampanye. Peserta mengapresiasi sikap damai dan tertib yang ditunjukkan oleh para peserta kampanye, dan berharap agar kampanye ini dapat menjadi contoh bagi kegiatan-kegiatan serupa di masa depan.
Dengan langkah tegas dan hati yang penuh semangat, kampanye ini bukan hanya sekadar peristiwa harian, tetapi menjadi tonggak sejarah bagi perjuangan hak asasi manusia dan misi global untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030.
Sebagai peserta dan penonton menyelesaikan perjalanan mereka, terasa erat kebersamaan dan tekad untuk melawan segala bentuk ketidakadilan. Kita bersaksikan bukan hanya kemenangan bagi mereka yang hidup dengan HIV AIDS atau masyarakat yang terdampak tambang batu bara, tetapi juga kemenangan untuk hak asasi setiap individu di planet ini. Mari terus bersatu, berjuang tanpa kenal lelah, dan memastikan bahwa hak asasi manusia bukanlah sekadar kata-kata, melainkan prinsip yang kita hidupi setiap hari. Bersama-sama, kita bisa menciptakan dunia di mana hak asasi manusia dijunjung tinggi, di mana setiap anak, remaja, dan orang yang hidup dengan HIV AIDS mendapatkan pendidikan dan dukungan yang layak. Mari bersama-sama menciptakan masa depan yang penuh harapan, di mana AIDS menjadi kenangan suram dan hak asasi manusia bersinar terang sebagai panduan bagi kita semua.