Konferensi AIDS Internasional ke-24 tahun ini berlangsung secara semi virtual. Pertemuan langsung diadakan di Montreal, Kanada. AIDS 2022 ini dihadiri oleh ribuan orang yang dibagi ke beberapa group, berasal dari berbagai negara dan lembaga peduli HIV AIDS, seperti: UNAIDS, UNICEF, WHO, Global fund, dll. Dari Indonesia sendiri ada beberapa lembaga peduli HIV AIDS yang menghadiri, dari HKBP AIDS Ministry, diikuti oleh C.Diak.Nadia Manurung dengan virtual, yang berlangsung selama 7 hari. Pre conference berlangsung dua hari (27-28 Juli 2022) dan dilanjutkan dengan konferensi selama lima hari (29 Juli-02 Agustus 2022). Pada konferensi ini dunia menyuarakan tentang pencapaian ending AIDS 2030 (nol infeksi baru HIV, nol kematian karena AIDS dan nol stigma diskriminasi terhadap Orang dengan HIV/ ODHIV).
Saat ini upaya dunia untuk mencapai nol infeksi baru HIV adalah melalui memastikan semua ODHIV akses ARV dengan rutin, hingga mencapai U=U (Undetectable = Untransmitable/ tidak terdeteksi = tidak menginfeksi). Selain itu, diharapkan di negara-negara yang belum mengakses pencegahan supaya menyediakan akses pencegahan HIV melalui Pre-Exposure Profilaksis (PrEP), Post exposure prophylaxis (PEP). Selain itu, saat ini pada konferensi ini, WHO mengeluarkan satu alat untuk pencegan HIV ini melalui suntikan yang disebut dengan Long-Acting Cabotegravir (CAB-LA), yang dapat digunakan oleh orang-orang yang berperilaku berisiko terinfeksi HIV. Cara penggunaan CAB-LA ini adalah memberikan 2 suntikan pertama dengan interval 4 minggu, lalu dilanjutkan dengan suntikan setiap 8 minggu.
Konferensi AIDS Internasional ke-24 tahun ini berlangsung secara semi virtual. Pertemuan langsung diadakan di Montreal, Kanada. AIDS 2022 ini dihadiri oleh ribuan orang yang dibagi ke beberapa group, berasal dari berbagai negara dan lembaga peduli HIV AIDS, seperti: UNAIDS, UNICEF, WHO, Global fund, dll. Dari Indonesia sendiri ada beberapa lembaga peduli HIV AIDS yang menghadiri, dari HKBP AIDS Ministry, diikuti oleh C.Diak.Nadia Manurung dengan virtual, yang berlangsung selama 7 hari. Pre conference berlangsung dua hari (27-28 Juli 2022) dan dilanjutkan dengan konferensi selama lima hari (29 Juli-02 Agustus 2022). Pada konferensi ini dunia menyuarakan tentang pencapaian ending AIDS 2030 (nol infeksi baru HIV, nol kematian karena AIDS dan nol stigma diskriminasi terhadap Orang dengan HIV/ ODHIV).
Saat ini upaya dunia untuk mencapai nol infeksi baru HIV adalah melalui memastikan semua ODHIV akses ARV dengan rutin, hingga mencapai U=U (Undetectable = Untransmitable/ tidak terdeteksi = tidak menginfeksi). Selain itu, diharapkan di negara-negara yang belum mengakses pencegahan supaya menyediakan akses pencegahan HIV melalui Pre-Exposure Profilaksis (PrEP), Post exposure prophylaxis (PEP). Selain itu, saat ini pada konferensi ini, WHO mengeluarkan satu alat untuk pencegan HIV ini melalui suntikan yang disebut dengan Long-Acting Cabotegravir (CAB-LA), yang dapat digunakan oleh orang-orang yang berperilaku berisiko terinfeksi HIV. Cara penggunaan CAB-LA ini adalah memberikan 2 suntikan pertama dengan interval 4 minggu, lalu dilanjutkan dengan suntikan setiap 8 minggu.
Pada konferensi ini, dibahas juga tentang cacar monyet yang saat ini mewabah di beberapa negara. Dengan lebih dari 7.600 kasus di 58 negara secara global, AIDS Healthcare Foundation (AHF) mendesak WHO untuk segera menyatakan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Sejak Mei 2022, sembilan negara Afrika Barat dan Tengah telah menjadi zona endemik cacar monyet, dengan hampir 1.600 kasus yang diduga atau dikonfirmasi dan 72 kematian. Siapapun, dari segala usia atau seksualitas, dengan atau tanpa kondisi kesehatan yang mendasarinya bisa terkena cacar monyet. Dalam wabah ini banyak ditemukan kasus baru pada pria gay dan pria lain yang berhubungan seks dengan pria. Penting bagi semua orang yang hidup dengan HIV untuk konsultasi dengan medis jika mereka mengalami gejala atau memiliki kontak dengan siapa pun yang menderita cacar monyet.
Melalui konferensi ini juga disampaikan bahwa layanan HIV AIDS perlu meningkatkan layanan kesehatan mental yang dapat menolong ODHIV yang mengalami stres. Selain itu, penjangkauan untuk populasi kunci masih harus terus ditingkatkan, karena semakin banyak yang terjangkau, maka dengan cepat diobati sehingga menurunkan infeksi baru HIV. Disampaikan juga bahwa para ilmuwan tetap berupaya untuk menemukan vaksin dan obat yang dapat mematikan HIV, bukan hanya sekedar menekan virus. Walau saat ini telah ditemukan berbagai cara untuk pencegahan penularan HIV, yang masih terus dihubungkan dengan kesadaran masyarakat itu sendiri. Konferensi ini akan menentukan agenda penelitian/ sains di masa depan, dan memetakan konsensus baru tentang mengatasi epidemi HIV sebagai ancaman bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Penulis berita : Nadia Manurung