HKBP AIDS Ministry
HKBP AIDS Ministry

Diskusi untuk Kampanye Peringatan 16 HAKTP dan HARI HAM Internasional

Diskusi untuk Kampanye Peringatan 16 HAKTP dan HARI HAM Internasional

Oleh Admin, 08 Apr 2020
Antropolog dari Unimed, Dr. Rosmadhana, M.Si menambahkan bahwa selama ini pihaknya juga terus melakukan kajian terhadap isu tentang ketertindasan perempuan. “Dalam dunia pendidikan kita juga berupaya untuk mentransferkan ilmu kita kepada mahasiswa bukan hanya sebagai konsep teoritis tetapi juga harus ada implementasi dari ilmu yang mereka dapatkan selama ini dalam perguruan tinggi, ini membuka pemikiran baru dalam kajian-kajian kampus” ujarnya.

Selasa 10 Desember 2019, di Aula Fakultas Ilmu Sosial Unimed, lembaga intas agama yang peduli dan para pejuang kemanusiaan menyelenggarakan Diskusi untuk Kampanye Peringatan 16 HAKTP dan HARI HAM Internasional. Diskusi ini dilaksanakan sebagai bagian dari momen kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan yang dimulai dari tanggal 25 November 2019 sebagai hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) dan berakhir pada tanggal 10 Desember sebagai hari Hak Azasi Manusia (HAM) internasional.

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Rektor Unimed, DR. Syamsul Gultom, SKM, M. Kes dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sumut, Nurlela. Melalui kegiatan ini kita ingin mengatakan bahwa hak azasi perempuan adalah HAM itu sendiri,” ujar Ketua Dewan Pengurus Hapsari yang juga panitia Gerak Bersama untuk HAM dan Perempuan, Lely Zailani dalam Diskusi Kampanye Peringatan 16 HAKTP dan Hari HAM Internasional.
Berlina Sibagariang, Sekretaris Eksekutif HKBP AIDS menjadi pemantik dalam diskusi tersebut untuk mengungkapkan pelanggaran-pelangaran HAM terhadap ODHA. Para pemantik lainnya dalam Diskusi “Isu Perempuan dan Hak Asasi Manusia dalam Lintas Isu” ialah,
1. Ferry Wira Padang (ASB)
2. Sri Rahayu (HAPSARI)
3. Lusty Ro Manna Malau (Perempuan Hari Ini)
4. Lia Anggia Nasution (Forum Jurnalis Perempuan Indonesia)
5. Dr. Rosramadhana, M. Si (Ketua Program Studi Antropologi)
6. Amek Adlian (Cangkang Queer)

Sedang narasumber adalah Sophia Anggraita dari UEM, Lely Zailani (Hapsari), Pdt. Debora (HKBP) dan Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sumut, Nurlela.
Hapsari mencatat kekerasan seksual semakin banyak dialami oleh anak dan pelakunya masih orang terdekat seperti keluarga, orangtua, paman, abang dan sebagainya. Hapsari juga mencatat ditemukan 50 kasus kekerasan perempuan dan anak, paling banyak terjadi di Deliserdang dan Serdang Bedagai, delapan kasus kekerasan di antaranya terjadi pada anak dan remaja, yang memprihatinkan adalah kita belum memiliki payung hukum yang kuat untuk perlindungan kekerasan terhadap perempuan, khususnya kekerasan seksual kepada anak.

Sedang HKBP AIDS Ministry mencatat masih banyak bentuk pelanggaran yag terjadi kepada orang dengan HIV-AIDS (ODHA). ODHA ada bagian dari kita yang berhak mendapatkan akses layanan kesehatan dan pendidikan. Masih banyak ODHA perempuan yang mendapat perlakukan tidak adil oleh keluarga dan masyarakat oleh karena statusnya. Masih ada anak-anak yang hidup dengan HIV yang tidak dapat bersekolah.


Hingga hari ini, masih banyak anak dengan HIV AIDS (ADHA) yang haknya  belum terpenuhi terutama hak untuk mendapatkan obat yang sesuai. Indonesia hanya menyediakan satu jenis obat HIV  lini pertama yang dosis dan formulanya adalah untuk anak dan hanya ada satu jenis obat HIV lini kedua yang dosisnya adalah untuk anak.
ADHA masih memakan obat yang sama yang dimakan oleh orang dewasa yang positif HIV yang digiling. Anak-anak dengan HIV adalah anak-anak kita, generasi kita, untuk itu mari buka diri terhadap informasi HIV-AIDS, sehingga kita tidak menjadi pelaku stigma dan mendukung anak-anak dengan HIV-AIDS.


Sementara itu Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sumut, Nurlela menyebutkan kasus-kasus kekerasan memang masih sulit untuk diselesesaikan. Banyak kasus kekerasan seperti gunung es yang tidak terungkap. Pihaknya terus berupaya untuk bersinergi dengan instansi lain dalam penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. “Seperti kasus pelecehan perempuan di lingkungan kampus di Medan yang sulit untuk diselesaikan. Tidak ada upaya penyelesaian yang maksimal di lingkungan kampus. Terutama korban yang banyak tidak melaporkan kasusnya, sehingga kita sebagai eksekutif tidak mengetahuinya.

Antropolog dari Unimed, Dr. Rosmadhana, M.Si menambahkan bahwa selama ini pihaknya juga terus melakukan kajian terhadap isu tentang ketertindasan perempuan. “Dalam dunia pendidikan kita juga berupaya untuk mentransferkan ilmu kita kepada mahasiswa bukan hanya sebagai konsep teoritis tetapi juga harus ada implementasi dari ilmu yang mereka dapatkan selama ini dalam perguruan tinggi, ini membuka pemikiran baru dalam kajian-kajian kampus” ujarnya.


Rektor Unimed, DR. Syamsul Gultom, SKM, M. Kes yang hadir sebagai keynote speaker dalam kegiatan itu mengatakan, bahwa kegiatan ini merupakan satu bentuk sinergitas yang sudah terjalin di antara institusi pendidikan, pemerintah, lembaga masyarakat, komunitas dan jurnalis. Melalui sinergitas ini diharapkan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dapat segera diakhirii.
Acara yang di hadiri 100 lebih peserta yang begitu antusias pada pelaksanaan diskusi ini, semoga tiap lembaga berkomitmen untuk membangun sinergitas guna mengakhiri kekerasan terhadap perempuan serta terhadap manusia serta perjuangan kemanusiaan lainnya.

Jl. Gereja No.17, Lumban Dolok Haume Bange, Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara
© 2020 HKBP AIDS MINISTRY. All rights reserved