HKBP AIDS Ministry
HKBP AIDS Ministry

Peringatan AIDS se-dunia 1 Desember 2020. Sebuah seruan untuk tetap berjuang!

Peringatan AIDS se-dunia 1 Desember 2020. Sebuah seruan untuk tetap berjuang!

Oleh Admin, 03 Apr 2020
Jika saya, anda, kalian dan kita semua tidak peduli, kemana kita bawa keluarga kita? akan jadi apa desa kita? akan bagaimana gereja kita? akan bagaimana negara kita?. Jika hari ini kita masih menggap pendidikan seks adalah dosa dan tabu untuk diperbincangkan, akan bagaimana gambaran masa depan negara kita.

Persoalan AIDS belum selesai! Program Gabungan PBB untuk HIV-AIDS (UNAIDS) melaporkan, 46.000 infeksi HIV baru pada 2018 di Indonesia. Ini angka terbesar ketiga se-Wilayah Asia Pasifik. Angka kematian terkait AIDS di Indonesia pada 2018 meningkat 58 persen dari 2010, yakni dari 24.000 menjadi 38.000 kasus.

HKBP AIDS Ministry melihat bahwa paradigma masyarakat terhadap HIV-AIDS masih sebatas penyakit yang menakutkan, mematikan, aib, tabu, kutukan. Paradigma inilah yang sering sekali menghambat upaya pencegahan HIV dan meningkatkan stigma serta diskriminasi terhadap Orang yang hidup dengan HIV –AIDS (ODHA).

Stigma dan diskriminasi merupakan ancaman yang tidak bisa dianggap remeh bagi hidup ODHA. Tidak sedikit ODHA yang dikucilkan oleh masyarakat, sulit mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan layanan umum lainnya.

ODHA yang didampingi oleh HKBP AIDS Ministry misalnya, tidak sedikit dari mereka yang kediamannya cukup jauh dari kabupaten Toba Samosir. Jalan menuju rumah mereka rusak parah, tidak sedikit pula dari keadaan ekonomi yang sulit, namun tiap bulan mereka harus mengambil ARV ke Rumah Sakit HKBP Balige, karena ARV masih tersedia di Kabupaten Samosir, tepatnya di Rumah Sakit HKBP Balige.

The 2016 Political Declaration on Ending AIDS adalah upaya upaya dunia untuk menanggulangi AIDS. Komitmen ini disepakati oleh seluruh negara anggota PBB untuk mengakhiri epidemic AIDS pada 2030. Target yang akan dicapai adalah 90-90-90 pada 2020, yaitu, 90 persen ODHA tahu mereka mengidap HIV, 90 persen ODHA mendapatkan pengobatan ARV, dan 90 persen ODHA yang melakukan terapi ARV jumlah virus dalam tubuhnya tidak terdeteksi.

Negara Indonesia tercatat sebagai negara yang terburuk keempat dalam pencapaian jumlah ODHA yang memperoleh pengobatan ARV. Indonesia hanya lebih baik dari Madagaskar, Pakistan, dan Sudan Selatan, karena capaian target tersebut hanya mencapai 57-19-1.

Bagaimana dengan Tapanuli Raya, menurut data yang berhasil dikumpulkan oleh HKBP AIDS Ministry hingga Nopember 2019, tercatat 752 kasus orang yang terinfeksi, jumlah ODHA yang hidup mencapai angka 400 orang lebih sedang yang aktif terapi ART hanya setengah dari jumlah ODHA. Hal mendasar yang menjadi penghambat upaya ending AIDS adalah, informasi HIV-AIDS yang belum merata. Banyak masyarakat yang belum mengetahui informasi HIV, apalagi memahaminya.


Apa yang harus kita lakukan?
Menyebarkan informasi seluas-luasnya. Tentu, HKBP AIDS Ministry tidak dapat melakukannya seorang diri. Tema peringatan AIDS sedunia tahun ini ialah, “bersama masyarakat meraih sukses”. Tema ini menegur kita, bahwa upaya Ending AIDS adalah tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Perlu ada kebijakan yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dan pimpinan gereja, agar informasi ini dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat. Misalnya, Dinas pendidikan mengeluarkan kebijakan untuk mewajibkan universitas, perguruan tinggi, dan sekolah-sekolah untuk memberikan sosialisasi HIV-AIDS kepada mahasiswa dan siswa tahun ajaran baru.

Kebijakan lain juga dapat diambil oleh Camat agar tiap desa menerima informasi HIV-AIDS dan banyak lagi.
Persoalan AIDS belum selesai, mungkin saja karena anggota keluarga kita belum terjangkit maka kita tidak peduli. Faktanya, AIDS adalah fenomena gunung es, yang artinya jumlahnya yang tidak terlihat jauh lebih banyak ketimbang dengan jumlah yang terlihat.

AIDS bukan persoalan kesehatan, tetapi juga persoalan sosial. Tingginya usia produktif yang terinfeksi HIV melalui hubungan seksual yang tidak aman dan narkoba suntik, menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang tidak memahami tugas-tugas kehidupannya, tidak mengetahui bagaimana menjaga dirinya, banyak generasi muda yang tidak menerima pendidikan seks dan dasar iman yang benar.

Jika saya, anda, kalian dan kita semua tidak peduli, kemana kita bawa keluarga kita? akan jadi apa desa kita? akan bagaimana gereja kita? akan bagaimana negara kita?. Jika hari ini kita masih menggap pendidikan seks adalah dosa dan tabu untuk diperbincangkan, akan bagaimana gambaran masa depan negara kita.

Pada peringatan hari AIDS se-dunia kali ini, HKBP AIDS Ministry mengajak kawan semua untuk mau melihat dan mendengarkan segala seruan yang kami teriakkan. Sampai hari ini, ketidak-ingintahuan kita mengenai informasi HIV-AIDS, membuat banyak anak tidak bisa bersekolah, bermain bersama dengan teman sebayanya. Ketidakpedulian kita, telah merampas banyak mimpi anak-anak yang orangtuanya meninggal oleh AIDS.

Hari AIDS se-dunia, bukanlah sekadar perayaan, ini adalah jeritan, ini adalah doa dan permohonan. ODHA adalah bagian dari kita, HIV-AIDS bukanlah hanya persoalan milik ODHA, ini adalah milik kita. Mari bergandeng tangan, mari menjadi bagian dari jaringan yang kita bangun untuk cita-cita ending AIDS. Mari mengasihi tanpa keberpihakan.

Jl. Gereja No.17, Lumban Dolok Haume Bange, Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara
© 2020 HKBP AIDS MINISTRY. All rights reserved