HKBP AIDS Ministry
HKBP AIDS Ministry

Hari Anak Internasional dan situasi Anak dengan HIV AIDS (ADHA) dimasa Pandemi Covid-19

Hari Anak Internasional dan situasi Anak dengan HIV AIDS (ADHA) dimasa Pandemi Covid-19

Oleh Adha Pratiwi Sianturi, 01 Jun 2020

        Tanggal 01 Juni diperingati sebagai hari anak Internasional yang diperingati oleh seluruh dunia. Perayaan atau peringatan hari Anak Internasional ini dimaksudkan untuk menyerukan kepada seluruh dunia untuk sepakat memberikan perlakuan yang tepat bagi anak, ketika mereka tengah menghadapi situasi yang sulit dan rentan. Selain itu, pada peringatan hari Anak Internasional ini, mengingatkan kepada seluruh orang di dunia untuk memastikan anak bertumbuh dan berkembang dengan baik tanpa ada eksploitasi, serta mendukung anak untuk mengembangkan dirinya dan mengarahkannya untuk menjadi manusia yang berguna bagi kehidupan.
    Hari ini kita diingatkan kembali mengenai tanggungjawab kita terhadap anak sebagaimana seruan yang telah disepakati pada hari anak internasional. Tentu saja perayaan ini dibuat karena banyaknya anak yang tidak mendapatkan haknya sebagai seorang anak, dan fakta bahwa masyarakat mengabaikan hak anak, dan lupa memanusiakan mereka. Pada situasi Pandemi Covid-19, anak menjadi salah satu bagian dari masyarakat yang paling banyak mendapatkan kesulitan. Bahkan sebelum pandemic covid-19 berlangsung, banyak anak telah menjadi korban kekerasan dan diabaikan keberadaannya. Tidak sedikit dari mereka yang sudah bekerja dan mencari nafkah sejak kecil, menjadi korban ekspolitasi, korban kegagalan orangtua sebagai manusia.

Bagaimana kehidupan Anak dengan HIV AIDS dimasa pandemic Covid-19?

Selama HKBP AIDS Ministry melayani, kami telah mendampingi beberapa anak dengan HIV-AIDS (ADHA) yang berada dalam kondisi tidak sehat. Menjadi yatim piatu diusia yang begitu dini, hidup dengan malnutrisi, menderita berbagi infeksi opurtunistik seperti TBC, diare, mulut berjamur. Infeksi-infeksi itu muncul karena virus HIV yang ada di dalam tubuh mereka. Tapi, penderitaan mereka tidak hanya berhenti disana, mereka distigma oleh keluarga dan masyarakat, sehingga banyak yang tidak ingin mengasuh mereka, mereka (baca : ADHA) tidak diinginkan. Mereka sulit bersekolah di sekolah umum bersama anak-anak lain, karena masyarakat takut, anak-anaknya akan tertular juga.
 Sebelum pandemic covid-19 HAM menemukan seorang anak, yang hidup dengan HIV-AIDS. Yatim piatu, menderita berbagai infeksi opurtunistik, tinggal bersama kakeknya yang sudah tua, tinggal di desa yang jauh dari kota. Sebelum pandemic HAM masih bisa mengunjunginya, memberikan dukungan nutrisi dan gizi, dan mengarahkan kakeknya agar segera membawa anak itu ke rumah sakit yang ada di pusat kota karena alat kesehatan yang sudah lengkap. Namun oleh karena pandemic ini, anak itu belum bisa berangkat, terkendala oleh situsasi ekonomi yang lemah.
Pandemi ini berdampak bagi seluruh masyarakat, termasuk anak dengan HIV. Mereka membutuhkan gizi daan nutrisi yang cukup agar mereka dapat hidup dan bertumbuh. Selain itu, pendapatan orangtua yang berkurang menimbulkan masalah baru bagi mereka. Sama seperti anak-anak lain, mereka tidak bisa bersekolah, tidak bisa bermain dan harus belajar di rumah, tanpa guru. Kebanyakan dari mereka tinggal di desa, orangtuanya tidak memiliki handphone pinyar atau laptop yang bisa mengakses internet agar mereka dapat belajar secara online, sedang orangtua juga tidak memiliki cukup waktu untuk mengajar mereka di rumah.
Hari anak Internasional mestinya, menjadi pengingat bagi masyarakat dan pemerintah atas tanggungjawab mereka untuk membantu anak-anak dengan HIV AIDS menghadapi situasi sulit dan krisis ini. Tidak ada seorangpun anak yang meminta dilahirkan dengan virus HIV di dalam tubuhnya, namun sudah menjadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah untuk memastikan semua anak bertumbuh dan berkembang dengan baik. Anak dengan HIV-AIDS, tidak hanya bergumul dengan pandemic covid-19, tetapi juga efek samping ARV, pendidikan, nutrisi dan gizi serta penerimaan masyarakat atas dirinya sebagai manusia yang bernyawa dan berharga.
Persoalan anak dengan HIV-AIDS juga terkait dengan ARV yang harus mereka konsumsi. Rasa pahit yang harus mereka rasakan setiap hari tidak sebanding dengan  efek samping obat apabila obatnya tidak cocok. ARV yang tidak cocok pada anak, akan menyebabkan jumlah virus HIV pada anak meningkat, sedang kekebalan tubuhnya menurun, hal itu akan menyebabkan mereka sakit karena infeksi oportunistik yang mereka derita. Menginap berminggu-minggu di rumah sakit, diinfus, disuntik, akan menjadi bagian dari hidup anak-anak itu. Oleh karenanya pemerintah dan tenaga kesehatan harus serius dalam hal penyediaan dan peberian ARV bagi anak dengan HIV-AIDS.
    Upaya yang dilakukan HAM hingga saat ini adalah berusaha mendampingi  Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dan Anak dengan HIV AIDS untuk memperoleh haknya. HAM bekerja sebagai media ODHA dan pemerintah untuk menyuarakan hak mereka. Mengakses informasi mengenai bantuan-bantuan pemerintah bagi ODHA dan ADHA. Masyarakat dan pemerintah seharusnya menyadari peran mereka dan tanggungjawabnya bagi anak dengan HIV-AIDS.

Apa yang bisa kita lakukan bagi anak dengan HIV-AIDS ?

    Anak dengan HIV AIDS ada disekitar kita, mereka bisa jadi tetangga kita, keponakan kita, atau murid kita. Satu yang pasti anak dengan HIV-AIDS adalah bagian dari kita, untuk itu sudah seharusnya kita memastikan mereka tumbuh dengan sehat. Apabila kita menemukan mereka dalam kondisi yang tidak sehat dan butuh perawatan medis, harusnya kita tidak takut untuk membantu mereka mendapatkan pelayanan kesehatan dan kebutuhan gizi dan nurtrisnya tidak terpenuhi. Kita bisa menghubungi kepala desa kita, bidan desa, kepala puskesmas, camat, bupati atau gubernur sekalipun, jika mampu kita bisa membantu mereka dari kantong kita sendiri.


Apabila kita menemukan mereka tidak mendapatkan pendidikan, kita bisa menghubungi kepala desa atau pihak-pihak lain yang kiranya bisa membantu mereka. Anak dengan HIV adalah bagian dari kita, hidup dengan virus HIV sejak lahir adalah perjuangan yang tidak mudah dan tidak pantas bagi seorang anak yang kadangkala keinginan sederhananya hanya ingin belajar. Mari tunjukan dan berikan dunia yang ramah dan hangat bagi anak-anak dengan HIV-AIDS, mereka berhak hidup bahagia, tertawa, belajar dan bermain, mereka adalah sesama kita.

ARTIKEL TERBARU
Oleh ,
Jl. Gereja No.17, Lumban Dolok Haume Bange, Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara
© 2020 HKBP AIDS MINISTRY. All rights reserved